Photobucket

Rabu, 30 November 2011

Training of Fasilitator Pemetaan Apresiatif Desa (PAD)


MEMBANGUN MIMPI BERSAMA, MEWUJUDKAN DESA MANDIRI, ADIL DAN MERATA
The Australian Community Development and Civil Society Strenghtening Sceme, atau yang lebih akrab dengan sebutan Access, yang merupakan kemitraan indonesia-Australia, tengah membangun komunikasi dengan pemerintah daerah Lombok Utara untuk membantu masyarakat Lombok Utara dalam mewujudkan visi desa mandiri, yang sedianya akan mulai akhir tahun ini.
Salah satu persiapan yang dilakukan oleh Access dan mitra dalam mengawali program di KLU adalah dengan mengadakan Trainning of Fasilitator (TOF) yang diselenggarakan selama 5 hari, bertempat di Sekertariat bersama YLKMP, 20-25 November 2011. Kegiatan yang dimotori oleh mitra samya dan diikuti oleh seluruh calon fasilitator pendukung (14 orang), diharapkan bisa menjadi bekal teman-teman fasduk saat turun ke lapangan, dan menjadi bekal berharga juga bagi teman-teman fasduk saat mendampingi sekaligus mempersiapkan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dalam melakukan Pemetaan Apresiatif Desa (PAD).
Selama lima hari berproses, banyak hal baru yang didapatkan oleh teman-teman, baik itu berupa pengembangan materi pendampingan, maupun teknik dan metode pendampingan (mulai dari cara serius sampai dengan metode permainan). Tahapan-tahapan pemetaan apresiatif desa (PAD),mulai dari temu warga, sensus eksplorasi apresiatif (eksplorasi kisah sukses dan membayangkan masa depan), pemetaan dan pengorganisasian asset, dan pertemuan apresiatif desa,- dibahas dan didiskusikan secara mendalam.
Dian Aryani, SP, Fasilitator dari Mitra Samya memberikan apresiasi yang laur biasa terhadap semangat teman-teman berproses selama lima hari. “Saya yakin, jika semangat selama lima hari ini terus dipelihara dan teman-teman terus mau belajar, segala kendala dilapangan tidak ada yang tidak bisa diatasi nantinya”, ungkap ibu muda yang akrab disapa Mbak Dian itu.
Semangat belajar teman-teman, masih menurut Mbak Dian, merupakan asset luar biasa yang mestinya harus terus dipelihara. “Masalah kapasitas memang ditentukan oleh jam terbang, tapi jika teman-teman tidak jemu-jemu membekali diri dengan banyak pengetahuan, maka kapasitas itu akan terbentuk dengan sendirinya”.
Fasilitator lainnya, Husnuzzoni, merekam proses selama hari pertama dan kedua sebagai ruang membuka wacana teman-teman, dan membentuk kerangka berfikir teman-teman fasduk mengenai materi Pemetaan Apresiatif Desa (PAD). Ketika masuk hari ketiga sampai sesi training berakhir, Mas Joni melihat teman-teman sudah mampu mengembangkan tahapan seperti yang diharapkan fasilitator.  “Teman-teman sudah berhasil mengambil pointer tiap tahapan yang ada. Mengenai prosentase keberhasilan dilapangan, saya berpendapat teman-teman punya 85% kemungkinan untuk dapat mengawal program dengan baik, dengan catatan ada proses substitusi fasilitatorkarena melihat latar belakang teman-teman yang beragam, dan tersedianya ruang bagi mereka untuk mengembangkan diri”. Bravo!! (Dha_Media & Publikasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar